https://youtube.com/playlist?list=PLSMkn9jD0R7ynnA0l_PTXwmA0W8NYQPUJ
Shalahuddin Hamid
Pemerhati Haji, Pendidikan, Sosial, Dakwah.
Senin, 20 Februari 2023
Sabtu, 02 April 2022
Senin, 07 Januari 2019
RUNTUHNYA NILAI KEJUJURAN
Masih ingatkah anda di tahun 2011 lalu, nasib yang dialami siswa sekolah dasar AL dan kedua orangtuanya Siami serta Widodo. Karena sikap jujur mereka untuk menyatakan ketidakbenaran atas pelaksanaan ujian nasional, malah mereka akhirnya dinyatakan bersalah.
Orangtua AL dianggap mencoreng nama baik sekolah. Para orangtua yang lain menyalahkan orangtua AL yang mempersoalkan adanya permintaan guru sekolah yang memerintahkan AL membagi jawaban ujian nasional kepada murid-murid yang lain.
Read More....disini.
Kejadian serupa terjadi pada seorang Baiq Nuril yang menceritakan kronologi-kasus-baiq-nuril-bermula-dari-rekaman-cerita-perselingkuhan-kepsek kasus ini akhirnya berujung ke Mahkamah Agung. Dan kasus tersebut masuk dalam pasal UU ITE yang mengundang tanda tanya kasus-baiq-nuril-dan-tanda-tanya-penerapan-uu-ite
Read More....disini.
Kejadian serupa terjadi pada seorang Baiq Nuril yang menceritakan kronologi-kasus-baiq-nuril-bermula-dari-rekaman-cerita-perselingkuhan-kepsek kasus ini akhirnya berujung ke Mahkamah Agung. Dan kasus tersebut masuk dalam pasal UU ITE yang mengundang tanda tanya kasus-baiq-nuril-dan-tanda-tanya-penerapan-uu-ite
Ada lagi seorang ibu yang melaporkan kasus black pink karena melanggar pasal penyiaran KPI iklan shopee blackpink diboikot. Sayangnya Maimon Herawati pembuat petisi “Hentikan Iklan Blackpink Shopee” menerima sejumlah teror dan pembullyan usai membuat petisi tersebut. Padahal ia jujur melakukan itu untuk menjaga moral anak-anak yang menjadi obyek sasaran iklan tersebut.
Kita sangat prihatin betapa nilai-nilai kejujuran sudah begitu terpuruknya pada bangsa ini. Nilai kebenaran sudah terdegradasi. Orang yang salah bisa menjadi benar, sementara orang yang benar bisa dianggap salah. Maka sudah amat jelas pentingnya membangun kejujuran pada bangsa ini agar tidak terpuruk ke dalam jurang kesesatan yang lebih dalam.
Makna Kejujuran
Lanjut baca disini...
Kamis, 03 Januari 2019
KEJUJURAN
Saat ini kejujuran menjadi barang langka,
kejujuran sepertinya menjadi barang mahal yang sulit dicari di tengah-tengah
bangsa ini. Dan masyarakat hampir antipati terhadap janji-janji orang karena
sulitnya mencari orang yang jujur saat ini. Saat ini kejujuran itu bisa jadi seperti sesuatu yang menakutkan karena ada upaya menjadikan orang yang jujur itu takut. Maka keluarlah slogan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) "Berani Jujur itu Hebat". Dan tergambar saat ini hoax dan kebenaran menjadi samar, sehingga menjadi kebingungan di tengah masyarakat. Saya khawatir bila ada info yang benar tidak lagi dianggap benar.
Fenomena
ini menuntut kita untuk merubah sikap bangsa ini melalui upaya yang terus
menerus dan berkelanjutan. Kalau
kejujuran dalam ibadah agama kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari
maka kehidupan akan terasa lebih tenang.
Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi menulis dalam tafsirnya bahwa orang yang berdusta telah kehilangan muruahnya (kepribadiannya). Pendapat ini sesuai dengan firman Allah :”Wahai
orang-orang yang beriman! Karena apa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
kerjakan?” (QS. Ash Shaff : 2). Orang yang kehilangan muruah berarti tidak mampu mengendalikan dirinya (iffah) dan ujungnya akan hilang imannya. Karena itulah dalam ayat selanjutnya Allah
menegaskan bahwa: “Amatlah dibenci di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu kerjakan” (QS Ash-Shaff : 3).
Artinya perkataan yang tidak sesuai dengan perbuatan
sangatlah dibenci oleh Allah. Hal yang demikian tidaklah layak bagi orang yang
telah mengaku beriman. Ayat-ayat ini
adalah sebagai peringatan sungguh-sungguh bagi orang yang telah mengaku beriman agar dia benar-benar
menjaga dirinya jangan menjadi pembohong.
Al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib cucu Rasulullah,
menyampaikan pesan Rasul yang bunyinya:
دَعْ مَايَريْبُكَ اِلَى مَالاَ يَرِيْبُكَ فَاِنَّ الصِّدْقَ
طُمَأ نِيْنَةٌ وَالْكَذِبَ رِيْبَةٌ. رواة الترميذى
“Tinggalkan
barang yang menimbulkan keraguan engkau dan ambil yang tidak meragukan,
sesungguhnya kejujuran membuat hati tenteram dan dusta adalah membuat hati ragu-ragu” (HR Tirmidzi).
Sebab itu maka hati orang yang
beriman itu tidaklah boleh ragu-ragu. Ragu-ragu hanya dapat hilang apabila hidup bersikap jujur. Kejujuran untuk
memupuk iman. Iman itu mesti selalu dijaga. Kalau dilihat sepintas lalu saja
tidaklah mungkin orang yang beriman
diberi nasihat supaya jangan berbohong, jangan berdusta. Tetapi tidak jarang
kejadian, karena kurang pemeliharaan Iman itu
jadi rusak karena dusta. Sebab itu kita dapatilah di dalam al-Quran beberapa peringatan kepada orang-orang yang beriman
supaya dia bertakwa (lihat surat 3, Ali Imran ayat 102). Demikian pada ayat 156
Surat Ali Imran diperingatkan supaya mereka jangan serupa dengan orang-orang
yang kafir. Dalam surat 4, An Nisa ayat 136 diperingatkan dengan jelas: ‘Wahai
orang-orang yang beriman! Berimanlah kepada Allah dengan Rasul-Nya”. Di surat
5, Al Maidah ayat 1 orang-orang yang
beriman diperingatkan supaya
mereka memenuhi janji.
Dan
banyak lagi ayat-ayat yang lain, yang semuanya itu membuktikan bahwa pengakuan
beriman belum cukup kalau tidak ada pemeliharaan terhadap kejujurannya, ibarat
menanam tanaman hendaklah selalu disiram, supaya jangan mati, dipupuk supaya
selalu subur.
Selanjutnya
setelah lebih dahulu tiap-tiap orang
yang beriman mengokohkan pribadinya, meneguhkan
muruahnya dengan menjaga jangan sampai mengucapkan kata-kata yang tidak
dibuktikan dengan perbuatan. Sebab apabila
mulut tidak seuai lagi dengan perbuatan,
pribadi itu akan merosot turun, tidak ada harganya lagi. Sesudah
tiap-tiap Mu’minin mempertinggi nilai pribadinya dengan kejujuran, maka untuk
berjuang mempertahankan akidah hendaklah leburkan pribadi itu ke dalam wadah yang
lebih besar, yaitu pribadi sebagai satu ummat, yang mempertahankan pendirian.
Pendirian ialah Sabilillah, jalan Allah!.
Berkaitan
dengan kejujuran, orang yang perkataannya tidak cocok dengan perbuatannya
tidaklah akan ada padanya keberanian
berjuang dengan sungguh-sungguh. Sebab Jihad, berperang atau berjuang
menghendaki disiplin jiwa sebelum disiplin sikap. Berlaku jujurlah agar kita
benar-benar menjadi orang yang beriman.
Rabu, 02 Januari 2019
BANGSA YANG BESAR
Bangsa Yang besar adalah bangsa yang menghargai
jasa-jasa para pahlawannya, karena
besarnya suatu bangsa adalah berkat peran dan perjuangan para pahlawan untuk
kepentingan masyakat dan bangsanya. Karena itulah sudah seharusnya sumbangsih
para pahlawan tersebut harus dihargai, dengan cara mengenang, memelihara, meneruskan
dan mengembangkan apa-apa yang telah mereka perjuangkan untuk kepentingan
pembangunan masyarakat dan bangsa Indonesia ke depan.
Perjuangan pahlawan tersebut dilaukan tanpa pamrih, tanpa
mengharapkan imbalan atau penghargaan dari pihak manapun, perjuangan mereka
semata-mata karena merespon tuntutan zaman yang disemangati oleh nilai-nilai
keagamaan, nasionalisme dan kemanusiaan, guna mempertahankan dan mengangkat
harkat martabat diri dan masyarakatnya menjadi lebih mulia. Pengaruh langsung maupun tidak
langsung dari gebrakan yang dilakukan oleh para tokoh pahlawan ini menimbulkan
daya dorong yang memotivasi masyarakat lainnya untuk berbuat dan mengembangkan
apa yang telah dilakukan oleh para tokoh tersebut dalam segala manivestasinya.
Karena peran mereka yang sangat berarti bagi bangsa dan negara, ada diantara mereka yang mendapat penghargaan sebagai pahlawan nasional sebagai pengakuan formal dari negara atas jasa-jasa yang telah mereka lakukan. Namun tidak sedikit para tokoh pahlawan menjadi “pahlawan tanpa tanda jasa” yang belum mendapat pengakuan resmi dari negara namun kiprah dan perjuangan yang mereka lakukan cukup berarti dan berpengaruh positif bagi masyarakatnya. Upaya penghargaan atas perjuangan dari para tokoh tersebut dapat kita lakukan dengan terus membangun dialog dan diskursus tentang pahlawan kita, khususnya mereka yang belum diakui kiprah dan ketokohannya secara formal oleh negara.
Diskursus ini, bagi para generasi muda bisa dijadikan momentum untuk mengenang kembali kemudian menghargai dan meneruskan cita-cita perjuangan para tokoh tersebut dalam konteks kekinian, serta untuk merekatkan kembali jalinan psikologis dan spiritual dari para tokoh idola yang dikagumi untuk kemudian meneruskan dan mengembangkan pemikiran dan perjuangan yang telah mereka rintis dengan susah payah dan perjuangan yang bersimbah darah.
Sebuah bangsa hanya akan menjadi besar bila ia berhasil
merealisasikan gagasan, pemikiran serta cita-cita perjuangan dari pahlawannya
dan sebaliknya suatu bangsa akan menjadi kerdil bila ia mengkhianati cita-cita
perjuangan para pahlawannya tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)